Senin, 10 Desember 2007

Buta Warna, Penyebabnya Turunan

setelah saya membaca artikel berikut, saya adalah termasuk penderita buta warna DEUTON,
hhhhmmmm.
Semalam saya kaget, ketika saya berkumpul dengan adik2 saya, dan ternyata kedua adik saya buta warna, dan semuanya cowok, dan itu berselang 1 ,
susunannya seperti ini : Saya (deuton), Anne, Helmy (buta warna), Lisa , Dennis (buta warna).
Menurut riwayat, Kakek dari bapak saya penyandang buta warna.....hiiiiksss kenapa harus dititiskan seeh kekurangan ini...

---------------------------------------------------------------------------------

PENDERITA colour blindness (buta warna) sering merasa cemas dengan kelainannya itu. Sebab, terkait dengan masa depan mereka. Entah itu, karena persyaratan untuk diterima sekolah dengan jurusan tertentu, maupun untuk diterima bekerja di sebuah institusi perusahaan. Padahal, jika merujuk pada UUD 45 pasal 28D ayat 2, menyebutkan, "Setiap orang berhak bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan adil dan layak dalam hubungan kerja". Maka, berlakukah hal ini bagi penderita buta warna? Eko misalnya, remaja berusia 18 tahun ini, mengaku kecewa karena tidak diterima masuk ke sekolah dengan jurusan ilmu eksakta, karena menderita buta warna. Akibat tidak lolos tes buta warna, ia terpaksa merombak total cita-cita ke jalur ilmu-ilmu sosial. Berhasil di pendidikan ilmu sosial, kembali hadangan buta warna terjadi di bursa tenaga kerja. Pengalaman yang nyaris sama juga pernah dialami penderita buta warna lainnya. "Kasihan mereka, padahal buta warna bukan merupakan suatu penyakit, hanya kelainan pada mata," kata dr Diany Yogiantoro SpM dengan nada prihatin. Colour blindness bisa juga disebut colour deficiency (lemah warna). Yakni, suatu ketidakmampuan membedakan beberapa warna. Salah satu penyebabnya adalah faktor genetik. Insiden kejadiannya pada laki-laki 10 kali lebih banyak dibandingkan wanita. "Hal ini terkait kromosom seks X (X-linked)," ungkapnya.

Informasi genetik pada buta warna diturunkan dari ibu ke anak laki-lakinya. Sekitar 1 dari 12 pria terlahir dengan sejumlah derajat lemah warna. Sebagian besar wanita memiliki gen yang menetralkan kelemahan tersebut. Selain itu, bisa dikarenakan penyakit mata. Saat retina (selaput pelangi) terkena penyakit degeneratif tertentu, penderita mungkin mengalami masalah dalam melihat warna kuning dan biru. Gangguan urat saraf optik, yang disebabkan peradangan saraf atau kekurangan nutrisi seperti vitamin A, mungkin menyulitkan penderita mengenali warna. Buta warna sendiri, tingkat gradasinya lebih berat dibandingkan lemah warna. "Karena, pada buta warna, warna yang terwakili untuk diketahui penderita hanya warna merah dan hijau," jelas ketua bagian Ilmu Penyakit Mata RSU dr Soetomo/FK Unair Surabaya itu. Kecenderungan membedakan warna pada penderita buta warna dibagi dua yaitu protan dan deuton. Protan adalah mereka yang kecenderungan sulit membedakan warna merah. Sedangkan, deuton, kesulitan untuk membedakan warna hijau. "Kedua golongan itu sendiri masih dibagi menjadi golongan kuat dan sedang," tambahnya. Untuk tes buta warna ini, biasanya digunakan tes warna yang ditemukan dr Shinobu Ishihara, professor emeriting of the university of Tokyo. Sebab itu, tes-nya diberi nama Ishihara. Tes ini membedakan warna lewat angka-angka yang diperlihatkan. Satu angka dibagi dua dengan bagian warna merah dan hijau.

Ilustrasinya, pada orang dengan mata normal akan melihat angka 8 sesuai dengan kenyataannya. Namun, pada penderita buta warna akan menganggap angka 8 menjadi angka 3. Mengapa demikian? Karena bagian lain dari angka delapan itu warnanya hijau. Metode Ishihara ini telah digunakan sejak lama oleh beberapa institusi pendidikan maupun perusahaan."Mudah sekali melakukan tes ini, penderita akan segera diketahui ia termasuk kategori buta warna atau lemah warna, protan ataupun deuton," papar spesialis mata itu. Namun, hendaknya test ini tidak digunakan untuk menolak mereka baik dalam mendapatkan pendidikan maupun pekerjaan. Karena itu, Diany menyarankan, supaya ada program studi pada jurusan tertentu khusus penderita buta warna. Seperti, pada jurusan fisika, kimia, fakultas farmasi, fakultas kedokteran, maupun arsitek. "Sehingga ke depan, mereka tidak ditolak pada saat melamar kerja hanya karena kondisi fisiknya," saran Diany. (kit)

1 komentar:

whatmyheartwantstosay mengatakan...

duh...sabar ya mas..
ada kekurangan kan ada kelebihannya juga
tuuh buktinya udah diuji kan kelebihannya